Cerita Rakyat Sumatera Utara : Legenda Namora Pande Bosi
Selama berabad-abad lamanya dan sampai sekarang masyarakat Mandailing
mempercayai bahawa Namora Pande Bosi adalah nenek moyang orang-orang
Mandailing yang bermarga Lubis.
Menurut legendanya, Namora Pande Bosi berasal dari Bugis di Sulawesi
Selatan. Dalam pengembaraannya dia sampai ke satu tempat yang bernama
Sigalangan di Tapanuli Selatan. Kemudian dia berkahwin dengan puteri
raja di tempat tersebut dan terkenal sebagai pandai besi yang mulia.
Namora Pande Bosi dan isterinya yang bergelar Nan Tuan Layan Bolan
mendapat dua orang anak lelaki yang diberi nama Sutan Borayun dan Sutan
Bugis. Pada suatu ketika Namora Pande Bosi pergi meyumpit burung ke
tengah hutan dan di sana dia bertemu dengan seorang puteri orang bunian
dan mengahwininya. Menurut satu cerita, wanita itu adalah orang Lubu
(orang asli). Dari perkahwinannya itu, Namora Pande Bosi mendapat dua
orang anak lelaki kembar yang masing-masing diberi nama Si Langkitang
dan Si Baitang. Ketika kedua anak tersebut masih dalam kandungan, Namora
Pande Bosi meninggalkan isterinya dan kembali ke Hatongga. Menjelang
dewasa Si Langkitang dan Si Baitang pergi mencari bapa mereka dan
menemukannya di Hatongga. Lalu mereka tinggal bersama keluarga bapa
mereka di tempat tersebut. Tidak beberapa lama kemudian, terjadilah
perselisihan antara anak-anak Namora Pande Bosi itu dengan anak-anaknya
bersama puteri raja Sigalangan. Maka Namora Pande Bosi menyuruh anaknya
Si Langkitang dan Si Baitang meninggalkan Hatongga. Mereka disuruhnya
pergi ke daerah Mandailing dan jika mereka menemukan tempat di mana
terdapat dua sungai yang mengalir dari dua arah yang tepat bertentangan
(dalam bahasa Mandailing dinamakan muara patontang) di situlah mereka
membuka tempat pemukiman baru. Setelah lama mengembara akhirnya Si
Langkitang dan Si Baitang menemukan muara patontang, lantas mereka
membuka pemukiman baru di tempat itu. Tidak lama setelah ditinggalkan
anaknya Si Langkitang dan Si Baitang, Namora Pande Bosi meninggal dunia
dan dimakamkan di Hatongga. Makam tersebutlah yang akan dipugar.
Isterinya Nan Tuan Layan Bolon yang meninggal kemudian dimakamkan di
satu tempat yang bernama Hombang Bide, kurang lebih 2km dari Hatongga.
Makamnya masih ada di situ sampai sekarang. Semua keturunan Si
Langkitang dan Si Baitang yang menyebar di seluruh tanah Mandailing dan
di tempat-tempat lain dikenali sebagai orang-orang Mandailing yang
bermarga Lubis. Dalam tarombo marga Lubis yang disusun oleh Raja
Junjungan pada tahun 1897, ada juga tercatat bahawa nama isteri Namora
Pande Bosi ialah Boru Dalimunte Naparila, artinya puteri Dalimnte yang
pemalu. Makam Namora Pande Bosi Dengan petunjuk dari keturunan raja
Sigalangan, Makam Namora Pande Bosi ditemukan pada tahun 1963 di
Hatongga. Makam tokoh legendaris yang sangat terkenal itu terletak di
tengah persawahan penduduk setempat. Makam tersebut berada kurang lebih
2km jauhnya dari Jalan Raya Lintas Sumatra yang melalui desa Sigalangan,
kurang lebih 14km jauhnya dari kota Padang Sidimpuan (ibu kota
Kabupaten Tapanuli Selatan). Atas usaha sejumlah orang Mandailing
bermarga Lubis, kurang lebih 1.6km panjangnya jalan dari desa Sigalangan
ke arah makam Namora Pande Bosi sudah dibangunkan sehingga dapat
ditempuh dengan kenderaan bermotor (kereta). Tetapi jalan menuju ke
makam tersebut, yang panjangnya kurang lebih 232 meter masih harus
dibangun supaya dapat dilalui dengan berjalan kaki atau dengan
menggunakan kenderaan. Jika jalan yang panjangnya kurang lebih 232 meter
tersebut sudah dibangun, maka para penziarah yang selalu banyak
berdatangan mengunjungi Namora Pande Bosi, di antaranya dari Malaysia,
akan mudah mendatangi makam yang dimuliakan itu. Menurut rencana jalan
yang panjangnya 232 meter itu akan dibangun dengan lebar 3 meter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar